Kamis, 12 Maret 2009

Pendidikan Keagamaan

Peran Pendidikan Agama

Dalam dunia pendidikan tentunya kita akan berbenturan antara konsep (idealisme) dengan fakta di lapangan. Adanya ketidaksesuaian antara materi kurikulum Agama dengan tingkat pemahaman dan pembiasaan anak didik terutama di tingkat sekolah dasar adalah merupakan fenomena kemunduran sekolah saat ini. perilaku-perilaku yang nonagamis dan nonakhlakulkarimah di berbagi sekolah dasar merupakan bentuk kurangberhasilnya konsep dan strategi pembelajaran pendidikan agama di tingkat sekolah dasar. Kuantitas Pelajaran gama yang sangat minim, muatan materi yang banyak dan metode yang tidak variatif akan mengakibatkan kejenuhan dan degradasi ilmu dalam diri anak didik . Dampak dari ketidaksesuaian nilai-nilai normatif kependidikan dengan strategi pembelajaran menimbulkan misorientasi guru yang lebih mengutamakan ketuntasan materi dan penyelesaian silabus dan RPP, sementara anak didik cenderung kepada pemuasan skor nilai di Rapot.

. Pendidikan di sekolah yang berbasis agama, seperti madrasah ibtidaiyyah atau madrasah tsanawiyah menjadi polemik manakala agama yang memiliki jam pelajaran yang sangat banyak dan melelahkan untuk dihafal bagi anak membuat anak menjadi tidak kapabel dalam satu disiplin ilmu.

Tidak ada pengaruhnya yang signiikan antara idealisme guru agama dengan hasil yang diperoleh oleh anak didiknya merupakan sebuah tantangan yang harus segera dicari solusinya. Mungkin makalah ini tidak berarti apa-apa manakala kita tidak pernah peduli tentang nasib aset bangsa yang merupakan tonggak dasar pembiasaan dan pengetahuan untuk masa depan.

Oleh sebab itu, perlu kita duduk bersama untuk memikirkan beberapa posisi yang harus diambil untuk kesuksesan bersama, antara lain:

a. Konsep Kurikulum Akidah perlu diperbanyak, mengingat dasar akidah adalah sesuatu yang sangat penting untuk anak. Konsep akidah berdasar kepada al Quran dan al Hadits. bisa kita kembangkan tentang cerita Luqman dalam al Quran dan beberapa prilaku Shahabat Nabi Muhammad SAW dalam mempertahankan akidah.

b. Strategi pembelajaran agama tidak lagi mementingkan tentang konsep hafalan-hafalan yang sangat banyak, makna yang terkandung dalam materi tidak dijelaskan kepada anak. Contoh ketika anak belajar shala, maka setiap anak harus memahami hakekat shalat itu untuk apa

c. Pembiaasaan yang sangat penting menjadi penilaian bagi anak didik dengan memberikan pengontrolan ibadah harian di rumah yang diawasi oleh orang tua. Karena pendidikan agama di sekolah yang sangat pendek membutuhkan pengulangan dan pembiasaan di rumah. Pembiasaan ini menjadi salah satu nilai yang dapat dijadikan nilai psikomotor bagi anak dihitung dengan nilai konsep ( Penguasaan materi)

d. Pendidikan agama yang holistik dan komprehensif merupakan bahan ajar yang sangat dibutuhkan untuk sekarang ini. Pendidikan agama tidak bisa dipisahkan keterkaitan dengan ilmu lain. Guru harus mampu membuat keterkaitan makna yang ada dalam bahan ajar dengan penerapan teknologi yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Guru yang menjadi panutan merupakan subjek pembelajaran yang tidak bisa dinilai secara tulisan, tapi dia merupakan sumber belajar demonstratif bagi anak didik. Guru yang menjadi Hardmatter yang divisualisasikan merupakan pendidikan pembiasaan yang sangat efektif bagi anak didik. Usia Sekolah Dasar yang termasuk pencarian panutan pertama untuk mereka, maka guru adalah sosok yang sangat ditiru dalam tingkah laku di kelas, di sekolah maupun di masyarakat.

tentunya ada konsep yang sudah lama dikembangkan menjadi guru efektif, guru visioner dan guru kompeten, tentunya dalam pendidikan agama, semua guru agama harus menjadi seorang yang memiliki naluri kharismatik. Nilai-nilai kharismatik dari guru terhadap anak didik akan membawa kepada keberhasilan pendidikan agama di sekolah.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda